Senin, 19 Oktober 2015

PEMBAHASAN BAB SATU DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK



PEMBAHASAN BAB SATU DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856 (VII D)

Pada bab satu buku Analisis Kesalaha dan Kesantunan Bahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila berisi latar belakang yang melandasi pembuatan buku ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas penulis sebagai dosen yang memiliki kewajiban mengajar, meneliti, dan pengabdian masyarakat, selain itu penulisan buku ini pun dimaksudkan sebagai publikasi ilmiah hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Pada bab satu juga memaparkan sistematika buku yang terdiri dari tujuh bab, bab satu pendahulan, bab dua berjudul kalimat efektif, bab tiga berjudul kepaduan dan ketepatan makna, bab empat membahas kalimat bervariasi, bab lima membahas kesalahan struktur, bab enam kesantunan sosiolinguistik dalam teks keagamaan, yang terakhir bab tujuh membahas hasil penelitian kesantunan linguistik dalam terjemahan Al Qur’an.
Dalam bab satu buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati berjudul pendahuluan yang berisi tentang ragam bahasa, bahasa Indonesia sebagai ragam ilmu, dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Ragam bahasa merupakan keanekaragaman pemakaian bahasa, ragam bahasa atau variasi pemakaian bahasa dapat diamati berdasarkan sarananya, suasananya, norma pemakainnya, tempat atau daerahnya, bidang penggunaanya, dan lain-lain. Dilihat dari segi sarana pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam lisan dan tulisan. Jika dilihat dari segi suasananya, ragam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi ragam resmi atau formal dan ragam tidak resmi atau tidak formal. Apabila ditinjau dari segi sarana dan suasananya, maka kita dapat menemukan ragam lisan resmi dan ragam lisan tidak resmi. Disamping itu, ada juga ragam tulis resmi dan ragam tulis tidak resmi. Jika ditinjau berdasarkan norma pemakainnya dikaitkan dengan sarana pengungkapannya, kita dapat menyebutkan adanya ragam lisan baku dan ragam lisan tidak baku, begitu juga ada ragam tulis baku dan ragam tulis tidak baku. Sementara jika dilihat berdasarkan tempat atau daerahnya, bahasa Indonesia terdiri dari berbagai dialek, antara lain dialek: Jakarta, Jawa, Medan, Bali, dan lain-lain. Berdasarkan bidang penggunaannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa ilmu, sastra, hukum, jurnalistik, dan sebagainya.
Sifat bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa ilmu diantaranya sebagai berikut : a). ragam bahasa ilmu bukan dialek; b). ragam bahasa ilmu merupakan ragam resmi; c) ragam bahasa ilmu digunakan para cendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu; d) lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif; e) banyak menggunakan kata-kata istilah; f) konsisten dalam segala hal.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar berarti menggunakan bahasa dengan memperhatikan situasi pemakaian dan kaidah yang digunakan. Dalam situasi resmi harus digunakan bahasa Indonesia yang mencerminkan sifat keresmian; dalam situasi yang tidak resmi atau santai tidak seharusnya digunakan bahasa baku.
 Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan pada bab satu memuata pengantar, pemerolehan bahasa, kedwibahasaan, interferensi, rangkuman, dan daftar bacaan. Pada pengantar disampaikan bahwa setengah penduduk dunia merupakan dwibahasawan yang menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak dua bahasa. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh yang manifestasinya menjelma di dalam penerapan kaidah bahasa pertam (B1) di dalam penggunaan bahasa kedua (B2). Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian sistem B2 pada saat menggunakan B1. Salah satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan istilah interferensi. Memahami kesalahan berbahasa tidak mungkin dilakukan secara tuntas tanpa pemahaman yang baik terhadap interferensi, kedwibahasaan, pemerolehan bahasa, dan  pengajaran bahasa, yang erat hubungannya satu sama lain.
Istilah pemerolehan bahasa atau language acquisition biasanya diikuti oleh kata pertam atau kedua, sehingga kita kenal istilah pemerolehan bahasa pertama (PB1) atau first language acquisition dan pemerolehan bahasa kedua (PB2) atau second language acquisition. Pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan segala aktivitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Jalur kegiatannya dapat melalui pendidikan informal dan formal. Pemerolehan bahasa kedua berlangsung setelah seseorang menguasai atau mempelajari bahasa pertam, jalur kegiatannya dapat melalui pendidkan informal dan pendidikan formal.
Kedwibahasaan merupakan masalah yang umum dalam dunia kebahasaan namun sampai kini tidak ada satu definisi kedwibahasaan yang disepakati atau disetujui oleh para ahli. Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya pendidikan kedwibahasan diantaranya faktor dominasi politik, kebudayaan, ekonomi, militer, sejarah, agama, demografi, ideologi, dan lain-lain.
Pengguna dua bahasa cenderung akan mempengaruhi penggunaan B1 dan B2nya, penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lainnya disebut transfer atau pemindahan sistem maka transfer dapat dibagi dua. Transfer yang bersifat  membantu karena kesamaan atau kesejajaran disebut “transfer positif”. Sebaliknya apabila transfer itu bersifat mengacaukan karena perbedaan sistem bahasa maka transfer itu disebut “transfer negatif”. Interferensi dapat diartikan sebagai pengunaan sistem B1 dalm menggunakan B2, sedangkan sistem tersebut tidak sama dalam kedua bahasa itu.
Buku keempat yang saya baca berjudul Analisis kesalahan karya Mansoer Pateda, pada bab satu yang berjudul pendahuluan memuat analisis kesalahan sebagai bagian linguistik serta analisis kontrastif dan analisis kesalahan. Analisis kesalahan merupakan bagian linguistik dan juga bagian linguistic terapan. Ada dua analisis yang dibahas pada bab ini yang pertama analisis kontranstif , analisis ini merupakan pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik perbandingan antara bahasa ibu dengan bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari sehingga guru dapat eramalkan kesalahan si terdidik dan si terdidik segera menguasai bahasa yang bukan bahasa ibunya yang sedang dipelajari. Analisis kontrastif muncul karena adanya kenyataan yang dialami si terdidik ketika mempelajari bahasa yang bukan bahasa ibunya. Analisis kontrastif terbatas pada perbandingan dua bahasa, yakni bahasa ibu dan bahasa yang sedang dipelajari. Hasil analisis perbandingan, terutama perbandingan unsur kebahasaan yang berbeda akan menolong guru bahasa meramalkan kesalahan yang bakal dilakukan si terdidik dan sekaligus menolong si terdidik untuk segera menguasai bahasa yang sedang dipelajarinya. Tataran yang dibandingkan berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Analisis kesalahan berbahasa bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang sedang dipelajari agar pengajaran berbahasa berhasil dengan baik, menganalisis perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang sedang dipelajari agar kesalahan berhasa si terdidik dapat diramalkan yang pada giliranya kesalahan yang diakibatkan oleh pengaruh bahasa ibu itu dapat diperbaiki, hasil analisis digunakan untuk menuntaskan keterampilan berbahasa si terdidik, membantu si terdidik untuk menyadari kesalahan berbahasa sehingga dengan demikian si terdidik diharapkan dapat menguasai bahasa yang sedang dipelajari dalam waktu tidak lama.
Whitman (Pateda, 1989:21) mengemukakan empat prosedur untuk menerapkan analisis kontrastif :
  1. Deskripsi, ahli bahasa atau guru bahasa berusaha memerikan (mendeskripsikan) sistem bahasa yang diperbandingkan.
  2. Seleksi, ahli bahasa atau guru bahasa menentukan unsur kesahasaan yang berbeda, baik yang berhubungan dengan fonologi, morfologi, maupun sinaksis.
  3. Mengkontraskan unsur-unsur itu.
  4. Menentukan keslahan yang dibuat si terdidik terhadap bahasa yang sedang dipelajari atau bahasa kedua karena pengaruh bahasa pertama.  

Salah satu pekerjaan guru ialah menilai kompetensi bahasa si terdidik yang muncul dalam performansi. Ketika guru mengadakan penelitian pasti ia menemukan kesalahan. Kesalahan tersebut dianalisis dengan jalan mengkategorisasikannya, menentukan sifat, jenis dan daerah kesalahan. Pekerjaan atau kegiatan guru seperti itu disebut analisis. Kesalahan yang perlu dianalisis melingkupi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Analisis kesalahan bidang fonologi, misalnya kesalahan yang berhubungan dengan pelafalan, grafemik, pungutasi dan silabisasi. Analisis kesalahan bidang morfologi, misalnya kesalahan yang bertalian dengan morfem, kata dengan segala derivasinya, sedangkan analisis kesalahan bidang sintaksis, misalnya menyangkut urutan kata, koherensi, logika kalimat. Akhirnya analisis kesalahan bidang semantik, misalnya kesalahan yang berhubungan dengan ketepatan penggunaan kata atau kalimat yang didukung oleh makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.  
Objek linguistik adalah bahasa tetapi analisis kesalahan lebih menitikberatkan pada bahasa formal misalnya bahasa yang digunakan di dalam forum diskusi, seminar, konferensi, kongres, musyawarah, muktamar, bahasa yang digunakan ketika mengajar, berkhotbah, dan bahasa yang digunakn dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Analisis kesalahan yang disempurnakan menurut  corder yang dikutip Baradja (Pateda, 1989:36) mempunyai dua tujuan, yaitu yang sifatnya lebih teoritis, dan yang sifatnya lebih praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis kesalahan tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoritis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu lalu menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang ia lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar