Senin, 19 Oktober 2015

Laporan Bab dua



PEMBAHASAN BAB DUA DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856

Bab dua dari Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila berjudul kalimat efektif . Dalam bab ini membahas ciri gramatikal kalimat efektif, ciri diksi kalimat efektif, penalaran, dan keserasian. Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakai bahasa dalam kaitan dengan ketatabahasaan, ciri ini bisa dilihat dari bidang morfologi (ciri morfologi) dan bidang sintaksis (bidang sintaksis). Ciri gramatikal morfologis adalah ciri-ciri yang sesuai dengan kaidah morfologis, misalnya ciri-ciri yang berkaitan dengan penggunaan bentuk kata. Sedangkan ciri gramatikal sintaksis adalah ciri gramatikal yang berkenaan dengan kaidah sintaksis. Kaidah sintaksis bertalian dengan struktur kata dala kalimat, tanda baca, dan ejaan.  
Ciri diksi adalah ciri kalimat efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata. Kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat merupakan kata-kata yang tepat bentuknya, seksama (sesuai), dan lazim. Ketepatan bentuk berhubungan dengan kebakuan penulisan dan kebakuan pemakaian. Kesesuaian berhubungan dengan logika dan letaknya dalam struktur kalimat, adapun kelaziman berhubungan dengan kebiasaan pemakain kata dalam bahasa Indonesia.  
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi penlaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara nalar dapat diterima; kalimat yang diterima oleh akal sehat. Kalimat seperti ini adalah kalimat yang dapt dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dan tidak menimbulkan salah pengertian. Kalimat ini juga tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Kalimat ini disebut juga kalimat yang logis. Kalimat yang efektif juga harus memenuhi keserasian. Serasi artinya selaras, sesuai, atau cocok. Keserasian disini adalah keselarasan atau kesesuain situasi dengan ragam bahasa yang digunakan. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan pemilihan ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan bahasa semacam ini perlu mempertimbangkan topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau penggunaan bahasanya lisan), atau orang yag membaca (jika pemakaian bahasa tulis), dan tempat pemakaian bahasa. Bahasa itu juga harus logis dan sesuai dengan tatanilai yang berlaku pada masyarakat pemakaian bahasa yang bersangkutan (Sugono dalam Markhamah, 2008:39).
Bab dua dalam buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati membahas tentang analisis kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Ada tiga kemungkinan seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa pertama akibat terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, kedua kekurangpahaman pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, ketiga pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sempel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengidentifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan itu (Tarigan Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih dalam Nanik, 2010:18). Analisis kesalahan berbahasa dapat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka pikiran guru, perancang kursus bahasa, penulis buku pelajaran, atau pun pemerhati bahasa untuk mengatasi keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa.
Klasifikasi kesalahan berbahasa Indonesia menurut Tarigan :
  1. berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat siklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa dibidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana;   
  2. berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
  3. berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan secara tertulis;
  4. berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interfensi;
  5. kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.  
Kaitan mata kuliah Analisis kesalahan berbahasa dengan mata kuliah lain diantaranya dengan linguistik, kesalahan berbahasa selalu dapat dipulangkan pada bidang linguistik seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Kesalahan berbahasa dikaitkan dengan teori belajar bahasa, maka kesalahan berbahasa berkaitan dengan psikologi belajar. Hal ini berarti bahwa mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa berkaian dengan mata kuliah Psikolinguistik, Sosiolinguistik, dan Teori Belajar Bahasa.  Mengaitkan kesalahan berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menagaitkan kesalahan berbahasa degan pengajaran bahasa, misalnya dalam pengajaran B1.
Analisis kesalahan terhadap belajar bahasa mempunyai dampak positif. Bahasa sebagai perangkat kebiasaan dimiliki setiap orang sebagai media komunikasi. Ada kecenderungan setiap pemakai bahasa lebih serig mengikuti jalan pikirannya tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Sebaliknya, pemakai bahasa yang selalu mempertimbangkan kaidah-kaidah tata bahasa berupaya menghasilkan konsep sesuai dengan struktur bahasa yang dia pelajari.
  Analisis Kesalahan karya Mansoer Pateda terdiri dari tujuh bab, bab dua buku ini menjabarkan tentang Jenis Kesalahan. Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semua dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Pada bab ini dipaparkan tentang kesalahan acuan, register, sosial, tekstual, penerimaan, pengungkapan, perorangan, kelompok, menganalogi, transfer, kesalahan guru, lokal, dan kesalahan global. Kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Untuk menghindari agar kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita samapaikan harus jelas dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Kesalahan register berkaitan dengan variasi bahasa yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Kesalahan sosial adalah kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan status sosial orang yang diajak berbicara. Kesalahan tekstual mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan oleh tafsir yang keliru terhadap kalimat wacana yang kita dengar atau yang kita baca. Kesalahan penerimaan biasanya berhubungan dengan keterampilan menyimak atau membaca. Kesalahan pengungkapan berkaitan dengan pembicara. Pembicara ataupenulis salah mengungkapkan atau menyampaikan apa yang dipikirkannya, yang dirasakannya atau yang diinginkannya. Kesalahan perorangan merupakan kesalahan yang dilakuak oleh individu. Kesalahan kelompok merupakan kesalahan yang dilakukan oleh beberapa orang yang berbahasa yang sama serta mempunyai latar belakang yang sama. Kesalahan menganalogi adalah sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasai suatu bentuk bahasa yang dipelajari lalu menerapkan dalam konteks, padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan. Kesalahan transfer terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan pada bahasa pertama diterapkan pda bahasa yang dipelajari. Kesalahan guru sebenarnya berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Kesalahan lokaladalah keslaahan yang tidak menghambat komunikasi yang pesannya diungkap dalam sebuah kalimat. Kesalaha global adalah kesalahan karena efek makna seluruh kalimat (Norrish dalam Mansoer Pateda, 1989:48) kesalahan jenis ini menyebabkan pendengar atau pembaca mengerti suatu pesan menganggap bahwa suatu kalimat dapat dimengerti.
Analisis kontrastif merupakan judul bab dua pada buku pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Analisis kontrastif adalah kegiatan membandingkan struktur B1 dan struktur B2 untuk mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan kedua bahasa itu. Analisis kontranstif memiliki dua hipotesis. Hipotesis pertam disebut “hipotesis bentuk kuat” dan hipotesis kedua disebut “hipotesis bentuk lemah”. Hipotesis bentuk kuat menyatakan bahwa kesalahan dalam B2 dapat diperkirakan dari hasil identifikasi perbedaan B1 dan B2 yang dipelajari oleh siswa. Hipotesis bentuk lemah menyatakan bahwa Anakon hanyalah bersifat diagnositik belaka, karena itu Anakon dan Anakes harus saling melengkapi.
Tiga sumber dipakai sebagai rasional hipotesis Anakon, yaitu :
  1. pengalaman para guru bahasa kedua di lapangan;
  2. kajian kontak bahsa dalam dituasi kedwibahasaan; dan
  3. teori belajar, terutama yang berkaitan denga transfer.     
Ketiga sumber ini pada akhirnya mengacu pada kesalahan berbahasa kedua.
Hasil pengajaran B2 atau pengajaran bahasa asing belum memuaskan. Anakon muncul sebagai suatu suara untuk menanggulangi permasalahan yang ada dalam pengajaran B2. Perlu diingat bahwa kemunculan Anakon dalam situasi tradisional, yakni pada saat bahasa inggris dianggap B1 dan bahasa-bahasa Eropa lainnya sebagai B2.
Tuntutan pedagogis Anakon tidak lain berupa jawaban terhadap tantangan bagaimana cara mengajarkna B2 yang paling efesien dan efektif . Anakon itu mencakup dua hal, pertama teori linguistic yang digunakan sebagai sarana pemerbanding sruktur dua bahasa. Kedua, psikologi yang berkaitan dengan transfer, penyusunan bahan, cara penyajian dan penataan kelas.         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar