PEMBAHASAN
BAB DUA DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN
KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856
Bab dua dari Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya
Markhamah dan Atiqa Sabardila berjudul kalimat efektif . Dalam bab ini membahas
ciri gramatikal kalimat efektif, ciri diksi kalimat efektif, penalaran, dan
keserasian. Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakai bahasa
dalam kaitan dengan ketatabahasaan, ciri ini bisa dilihat dari bidang morfologi
(ciri morfologi) dan bidang sintaksis (bidang sintaksis). Ciri gramatikal
morfologis adalah ciri-ciri yang sesuai dengan kaidah morfologis, misalnya
ciri-ciri yang berkaitan dengan penggunaan bentuk kata. Sedangkan ciri
gramatikal sintaksis adalah ciri gramatikal yang berkenaan dengan kaidah
sintaksis. Kaidah sintaksis bertalian dengan struktur kata dala kalimat, tanda
baca, dan ejaan.
Ciri diksi adalah ciri kalimat
efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata. Kata yang dirangkai menjadi suatu
kalimat merupakan kata-kata yang tepat bentuknya, seksama (sesuai), dan lazim.
Ketepatan bentuk berhubungan dengan kebakuan penulisan dan kebakuan pemakaian.
Kesesuaian berhubungan dengan logika dan letaknya dalam struktur kalimat,
adapun kelaziman berhubungan dengan kebiasaan pemakain kata dalam bahasa
Indonesia.
Kalimat efektif adalah kalimat yang
memenuhi penlaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara
nalar dapat diterima; kalimat yang diterima oleh akal sehat. Kalimat seperti
ini adalah kalimat yang dapt dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dan tidak
menimbulkan salah pengertian. Kalimat ini juga tidak menimbulkan keraguan bagi
pembaca atau pendengarnya. Kalimat ini disebut juga kalimat yang logis. Kalimat
yang efektif juga harus memenuhi keserasian. Serasi artinya selaras, sesuai,
atau cocok. Keserasian disini adalah keselarasan atau kesesuain situasi dengan
ragam bahasa yang digunakan. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah
ketepatan pemilihan ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Pemilihan bahasa semacam ini perlu mempertimbangkan topik pembicaraan, tujuan
pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau penggunaan bahasanya lisan),
atau orang yag membaca (jika pemakaian bahasa tulis), dan tempat pemakaian
bahasa. Bahasa itu juga harus logis dan sesuai dengan tatanilai yang berlaku
pada masyarakat pemakaian bahasa yang bersangkutan (Sugono dalam Markhamah,
2008:39).
Bab dua dalam buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia :
Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati membahas tentang analisis kesalahan
berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan
maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau
menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa
Indonesia. Ada tiga kemungkinan seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa pertama
akibat terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, kedua kekurangpahaman
pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, ketiga pengajaran bahasa yang
kurang tepat atau kurang sempurna.
Analisis kesalahan berbahasa adalah
suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang
meliputi kegiatan mengumpulkan sempel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan
yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengidentifikasi
kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan itu (Tarigan Djago dan Lilis
Siti Sulistyaningsih dalam Nanik, 2010:18). Analisis kesalahan berbahasa dapat
berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program
pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka pikiran
guru, perancang kursus bahasa, penulis buku pelajaran, atau pun pemerhati
bahasa untuk mengatasi keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa.
Klasifikasi kesalahan berbahasa
Indonesia menurut Tarigan :
- berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat siklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa dibidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana;
- berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
- berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan secara tertulis;
- berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interfensi;
- kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
Kaitan mata kuliah Analisis
kesalahan berbahasa dengan mata kuliah lain diantaranya dengan linguistik,
kesalahan berbahasa selalu dapat dipulangkan pada bidang linguistik seperti
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Kesalahan berbahasa
dikaitkan dengan teori belajar bahasa, maka kesalahan berbahasa berkaitan
dengan psikologi belajar. Hal ini berarti bahwa mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa berkaian
dengan mata kuliah Psikolinguistik,
Sosiolinguistik, dan Teori Belajar
Bahasa. Mengaitkan kesalahan
berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti : menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Menagaitkan kesalahan berbahasa degan pengajaran bahasa, misalnya
dalam pengajaran B1.
Analisis kesalahan terhadap belajar
bahasa mempunyai dampak positif. Bahasa sebagai perangkat kebiasaan dimiliki
setiap orang sebagai media komunikasi. Ada kecenderungan setiap pemakai bahasa
lebih serig mengikuti jalan pikirannya tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah
yang ada dalam tata bahasa. Sebaliknya, pemakai bahasa yang selalu
mempertimbangkan kaidah-kaidah tata bahasa berupaya menghasilkan konsep sesuai
dengan struktur bahasa yang dia pelajari.
Analisis
Kesalahan karya Mansoer Pateda terdiri dari tujuh bab, bab dua buku ini
menjabarkan tentang Jenis Kesalahan.
Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semua dapat dikategorikan
pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Pada bab ini dipaparkan
tentang kesalahan acuan, register, sosial, tekstual, penerimaan, pengungkapan,
perorangan, kelompok, menganalogi, transfer, kesalahan guru, lokal, dan
kesalahan global. Kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses,
atau peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau
penulis. Untuk menghindari agar kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan
yang kita samapaikan harus jelas dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran.
Kesalahan register berkaitan dengan variasi bahasa yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang. Kesalahan sosial adalah kesalahan memilih kata yang
dikaitkan dengan status sosial orang yang diajak berbicara. Kesalahan tekstual
mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan oleh tafsir yang keliru terhadap
kalimat wacana yang kita dengar atau yang kita baca. Kesalahan penerimaan
biasanya berhubungan dengan keterampilan menyimak atau membaca. Kesalahan
pengungkapan berkaitan dengan pembicara. Pembicara ataupenulis salah
mengungkapkan atau menyampaikan apa yang dipikirkannya, yang dirasakannya atau
yang diinginkannya. Kesalahan perorangan merupakan kesalahan yang dilakuak oleh
individu. Kesalahan kelompok merupakan kesalahan yang dilakukan oleh beberapa
orang yang berbahasa yang sama serta mempunyai latar belakang yang sama.
Kesalahan menganalogi adalah sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasai
suatu bentuk bahasa yang dipelajari lalu menerapkan dalam konteks, padahal
bentuk itu tidak dapat diterapkan. Kesalahan transfer terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan
pada bahasa pertama diterapkan pda bahasa yang dipelajari. Kesalahan guru
sebenarnya berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan guru di dalam
kelas. Kesalahan lokaladalah keslaahan yang tidak menghambat komunikasi yang
pesannya diungkap dalam sebuah kalimat. Kesalaha global adalah kesalahan karena
efek makna seluruh kalimat (Norrish dalam Mansoer Pateda, 1989:48) kesalahan
jenis ini menyebabkan pendengar atau pembaca mengerti suatu pesan menganggap
bahwa suatu kalimat dapat dimengerti.
Analisis
kontrastif merupakan judul bab dua pada buku pengajaran analisis kesalahan
berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Analisis kontrastif
adalah kegiatan membandingkan struktur B1 dan struktur B2 untuk
mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan kedua bahasa itu. Analisis kontranstif
memiliki dua hipotesis. Hipotesis pertam disebut “hipotesis bentuk kuat” dan
hipotesis kedua disebut “hipotesis bentuk lemah”. Hipotesis bentuk kuat
menyatakan bahwa kesalahan dalam B2 dapat diperkirakan dari hasil identifikasi
perbedaan B1 dan B2 yang dipelajari oleh siswa. Hipotesis bentuk lemah
menyatakan bahwa Anakon hanyalah bersifat diagnositik belaka, karena itu Anakon
dan Anakes harus saling melengkapi.
Tiga sumber
dipakai sebagai rasional hipotesis Anakon, yaitu :
- pengalaman para guru bahasa kedua di lapangan;
- kajian kontak bahsa dalam dituasi kedwibahasaan; dan
- teori belajar, terutama yang berkaitan denga transfer.
Ketiga sumber
ini pada akhirnya mengacu pada kesalahan berbahasa kedua.
Hasil pengajaran B2 atau pengajaran
bahasa asing belum memuaskan. Anakon muncul sebagai suatu suara untuk
menanggulangi permasalahan yang ada dalam pengajaran B2. Perlu diingat bahwa
kemunculan Anakon dalam situasi tradisional, yakni pada saat bahasa inggris dianggap
B1 dan bahasa-bahasa Eropa lainnya sebagai B2.
Tuntutan pedagogis Anakon tidak
lain berupa jawaban terhadap tantangan bagaimana cara mengajarkna B2 yang
paling efesien dan efektif . Anakon itu mencakup dua hal, pertama teori
linguistic yang digunakan sebagai sarana pemerbanding sruktur dua bahasa.
Kedua, psikologi yang berkaitan dengan transfer, penyusunan bahan, cara
penyajian dan penataan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar