Nama
: Nenden Febriani
Nim
: 2222120612
Kelas
: 7B
Analisis Kesalahan Berbahasa
Dari
semua bab tersebut dapat di simpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
berbudaya , manusia perlu berinteraski dengan sesama manusia dalam
berinteraksi dibutuhkan norma-norma dan
etika agar berhubungan harmonis, tidak terganggu, dan tidak ada masalah. Ada
dua sisi yang perlu mendapatkan perhatian ketika berkomunikasi terkait dengan
bahasanya terdapat kaidah kebahasaan yang perlu ditaati, termasuk didalam kaidah
kebahasaan ini adalah kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Dan
didalam buku( pateda) dapat disimpulkan juga bahwa kesalahan berbahasa dapat
dicontohkan dalam penerapan teori linguistik, dan ketika guru dapat mengajarkan
bahasa yang baik dan benar dan ketika seseorang guru bahasa melaksanakan
kegiatan proses-mengajar dikelas pasti ia melaksanakan berbagai kegiatan antara
lain mengoreksii pekerjaan si terdidik dalam kaitan ini diperlukan suatu
keterampilan yakni keterampilan menganalisis kesalahan bahasa terdidik. Akan
tetapi kesalahan berbahasa bukan hanya dari kalangan murid, akan tetapi dari
kalangan guru juga bisa, kesalahan berbahasa disini adalah dwibahasa, dwi
bahasa terbagi menjadi dua pertama bahasa ibu dan kedua berbahasa daerah, pada umumnyaa
dwibahasa bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa kedua bagi mereka untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh guru ketika mengajarkan bahasa yang
bukan bahasa ibu si terdidik di populerkan pendekatan analisis kontransif.
Didalam
analsisis kesalahan berbahasa juga terdapat ragam bahasa yakni (1) bahasa
nasional, (2) bahasa Negara, dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut : (a) lambing
kebanggaan nasional, (b) lambing identitas nasional, (c) lambing alat permesatu
berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa
(d) alat berhubungan antar budaya dan daerah.
Dwi
bahasa ini berarti sebagian besar manusia dibumi ini menggunakan dua bahasa
sebagai alat komunikasi, biasanya alat komunikasi ada dua bahasa kedua yaitu
bahasa daerah, sebagian orang yang menggunaakn dua bahasa atau lebih secara
bergantian untuk tujuan yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak
dua bahasa.
Dan
dalam analisis kesalahan berbahasa terdapat kalimat efektif, kalimat efektif
itu harus mempelajari atau memperhatikan apakah kalimat yang diucapkannya.
Artinya penutur harus mengucapkan dan tidak menimbulkan salah tafsir. Didalam
bukunya markhamah merupakan analsisis kesantunan daan analsisis kesalahan
berbahasa ini menjelaskan kalimat efektif kalimat efektif terdiri dari (1)
pemakaian kata tutur (2) pemakaian kata-kata bersinonim, pemakaian kata-kata
yang bernilai rasa (3) pemakaian kata-kata atau istilah asing, (4) pemakaian
kata-kata konkret (5) pemakaian kata umum dan kata khusus ( 6) pemakaian kata
ideomatik. (7) pemakaian kata-kata yang lugas.
Dalam
kesalahan berbahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya bernuansa
dengan kesalahan yaitu penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Penyebab
pangkal kesalahan berbahasa, ada pada orang yang menggunakan bahasa yang
besangkutan bukan pada bahasa yang digunakan.
Kesalahan
berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuannya dapat dikategorikan pada
kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Disadari pula bahwa pada mulanya
analisis kesalahan hanya digunakan untuk bahasa inggris sebagai bahasa kedua
yang diajari itu.
Dan
kesalahan berbahasa Indonesia terbagi mebjenjadi 3 tataran (a) perubahan fonem
(b) penghilangan fonem, (c) penambahan fonem
Bahasa merupakan objek linguistik tetapi kita mengetauhi lingusitik
terbagi menjadi atas beberapa tataran-tatarannya yaitu morfologi, sintaksis,
dan semantic.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa banyak sekali perbedaanya,
jadi inti dari buku tersebut yang membedakan hanya bagian per bab nya saja .
sama-sama mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi. Yang dipergunakan
sehari-hari
BAB V
KESALAHAN STRUKTUR
Sebagai
bahasa pergaulan, bahasa Indonesia tidak mengalami permasalahan yang berarti.
Namun, sebagai bahasa baku dan bahasa ilmu pengetauhan masih banyak kekurangan. Misalnya penulis (
ilmuwan) tanpa di sadari telah menyusun kalimat yang panjang, tetapi unsur
fungsinya tidak lengkap. Ketidaklengkapan itu diantaranya tidak ada subjek atau
predikat. Kalimat yang demikian berarti
bukan merupakan kalimat yang benar dan sekaligus bukan merupakan kalimat yang baik.
Kalimat-kalimat ini seperti itu merupakan kalimat yang salah. Sugono, (1999:
177-178) menyataakan bahwa beberapa penyebab kesalahan itu.
A. Kesalahan
struktur karena kerancuan aktif-pasif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang predikatnya verba berimbuhan meN- dengan segala kombinasinya dan subjek di awali kata depan.
Kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya verba berimbuhan di- atau ter-atau verba pasif pelaku orang I dan II + Pokok kata kerja.
Penutur/penulis sering tidak menyadari bahwa kalimat yang di ucapkannya/
ditulisnya merupakan kalimat yang rancu. Yang di maksud kalimat rancu adalah
kalimat yang sebagian unsurnya milik kalimat aktif, sementara unsur lainya
milik kalimat pasif. Kalimat seperti ini menimbulkan ketaksaan/ kemenundan
makna.
B. Kesalahan
struktur karena subjek dan keterangan
Penulis
atau penutur sering tidak memperhatikan apakah kalimat yang dihasilkannya
sesuai dengan syarat kalimat yang lengkap atau tidak, apakah kalimat yang di
susunnya mudah dipahami atau tidak. Kadang-kadang penulis juga kurang
memperhatikan apakah unsur bercampur dengan unsur lainya.
Sering
terjadi sseorang pemakai bahasa tidak menyadari bahwa dirinya telah
mencampurkan komponen lain ( misalnya keterangan ) pada subjek. Misalnya orang
yang memulai mengucapkan kalimat dengan keterangan yang panjang.
C. Kesalahan Stuktur Karena Pengantar Kalimat.
Kalimat-
kalimat itu menggunakan pengantar kalimat menurut
(26), berdasarkan (27), sebagaimana (28) dan (29).
Kalimat-kalimat itu di perbaiki dengan menghilangkan kata-kata ang merupakan
pengantar kalimat.
(26a)
petugas mitigasi bencana menyebutkan bahwa akan terjadi gempa bumi di beberapa
daerah
(27a)
pimpinan siding mengatakan bahwa rapat paripuna akan segera dilangsungkan
(28a)
telah kami sampaikan pada rapat terdahulu bahwa penerimaan mahasiswa baru
dilaksanakan bulan juli.
D. Kesalahan
Struktur Karena Penghubung Terbagi Yang Kurang Tepat
Dalam
kalimat sering ditemukan kalimat yang menggunakan pengubung yang berupa
pasangan atau dua penghubung. Dua penghubung yang dimaksud, misalnya:
Meskipun…..tetapi…
Walaupun…,namun…
Biarpun…,akan tetapi
Betapapun…,tapi…(
Sugono,2002)
E. Kesalahan
Strukutur Karena Tidak Ketidadaan Induk Kalimat
Kalimat
yang efektif (baik dan benar) strukturnya harus tepat. Ketetapan struktur
berhubungan dengan ketetapan letak unsur-unsur kalimat yang berupa S,P,O,(
Pel), K dan kelengkapannya. Dalam pemakaian bahasa sering di temui
kalimat-kalimat yang panjang, tetapi unsur-unsurnya tidak lengkap.
ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA
Kesalahan
berbahasa adalah bagian konverensi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa
norma baku performansi orang dewasa.
Ada
empat taksonomi kesalahan berbahasa yang penting kita ketauhi
a. Taksonomi
kategori lingustik
b. Taksonomi
siasat permukaan
c. Taksonomi
komparatif.
d. Taksonomi
efek komunikatif
KESALAHAN MENYIMAK DAN
BERBICARA
A. Menyimak
Yang
perlu di bahas pada bagian ini ialah (i) peranan menyimak, (ii) pengertian,
(iii) jenis menyimak, (iv) faktor yang mempengaruhi proses menyimak,(v)
keberhasilan menyimak, dan (vi) kesalahan menyimak.
1. Peranan
menyimak
Setiap
hari kita mendengar orang berbicara atau menggunakan bahasa lisan. Bahkan telah
dikatakan diatas, pada awal kehidupan kita,
pertama-tama kita menghabiskan waktu untuk mendengarkan orang di
sekeliling kita. Kita mendengar orang berbicara dalam bahasa ibu,
kadang-kadang pula kita mendengar orang
berbicara dalam bahasa ibu, kadang-kadang pula kita mendengar orang berbicara
dalam bahasa kedua, atau dalam bahasa asing.
2. Pengertian
Berdasarkan
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses
a. Mengidentifikasi
bunyi bahasa
b. Menghubung-hubungkan
keterangan
c. Membuat
dan menyusun penafsiran
d. Memanfaatkan
hasil penafsiran
e. Menyimpan
hasil penafsiran
3. Jenis
Menyimak.
Chenfeld
(1979:92) menyebutkan jenis menyimak sebagai berikut
a) Menyimak
pasif
b) Menyimak
sebenta-bentar
c) Menyimak
tanpa reaksi
d) Menyimak
terbatas
e) Menyimak
hati-hati
f) Menyimak
kritis
g) Menyimak
perseptif
h) Menyimak
kreatif
4. Hal
yang Mengganggu proses Menyimak
Agar
proses menyimak berhasil baik, perlu diperhatikan faktor-faktor yang turut
mempengaruhi porses menyimak. Faktor atau hal-hal itu ialah:
1. Kejelasaan
pesan yang berasal dari pembicara
2. Bahasa
yang digunakan
3. Alat
dengar penyimak
4. Suasana
kejiwaan pembicara dan penyimak
5. Gangguan
dari luar, misalnya kebisingan dan keributan.
B. Berbicara
1. Peranan
berbicara
Betapa
pentingnya keterampilan berbicara bagi kehidupan manusia, tak perlu di
rentangpanjangkan lagi. Itu sebabnya Billow ( 1961: 18) menyatakan “ bahasa
yang terutama adalah berbicara”. Dapat di bayangkan apa yang akan terjadi
seandainya manusia tidak dapat berbicara.
2. Aktivitas
berbicara
Kalau
kita mendengarkan orang berbicara, kita beroleh kenyataan.
a. Kita
mendengar bunyi-bunyi bahasa yang dilafalkan
b. Bunyi-bunyi
yang dilafalkan itu berturut-turut.
c. Bunyi
bahasa yang kita dengar berwujud kata atau kalimat
d. Bunyi-bunyi
itu dilafalkan kelompok demi kelompok
e. Kata
atau kalimat yang dilafalkan mengandung pesan tertentu.
3. Berlangsungnya
Aktifitas Berbicara.
Aktivitas
berbicara berlangsung jika dipenuhi hal-hal sebagai berikut.
a. Pembicara
terdorong untuk berbicara
b. Alat
berbicara normal
c. Antara
pembicara dan pendengar harus saling mengerti.
d. Situasi
mempengaruhi pembicaraan
e. Pembicara
mengasai apa yang disampaikannya.
KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS
Sebuah kalimat hendaklah mendukung suatu
gagasan atau ide. Susunan kalimat yang teratur menunjukan cara berpikir
teratur. Agar gagasan atau ide mudah dipahami pembaca; fungsi sitnaksis yaitu
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan harus tampak jelas. Kelima
fungsi sintaksis itu tidak selalu hadir secara bersama-sama dalam sebuah
kalimat. Unsur-unsur sebuah kalimat harus ideksplisitkan dan dirakit secara
logis atau masuk akal.
Sintaksis adalah cabang linguisitik
tentang susunan kalimat dan bagian-bagian ya, ilmu tata kalimat ( tim penyusun
kamus, 1996:946). Ramlan ( 1987:21) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
kalusa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata
dan morfem. Kesalahan dalam tataran sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan
pada bidang morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata
BAB
VI
KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN SEMANTIK
Kesalahan berbahasa dalam tataran
semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan
berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekananya pada penyimpangan
makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi,
jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya, maka tergolong kedalam kesalahan berbahasa ini.
KESALAHAN
MEMBACA DAN MENULIS
a. Membaca
1. Pengertian
Secara umum orang mengatakan bahwa
membaca adalah suatu interpretasi symbol-simbol tertulis ( Dechant dan Henry
P.Smith, 1977:8) atau “ membaca adalah menangkap makna rangkaian huruf
tertentu. Ini menunjukan bahwa membaca adalah pekerjaan mengidentifikasi
symbol-simbol dan mengasosiasikannya dengan makna, atau dengan kata lain membaca
adalah proses mengidentifikasi dan kompehernsi.
2. Proses
membaca
Membaca pada dasarnya mengomunikasikan
formulasi proses yang ditentukan oleh system bahasa dan system lambang yang
terdapat didalam suatu bahasa. Seperti telah dikatakan diatas membaca adaalah
proses mengidentifikasi dan mengkompeherensi kalau kita membaca, kita melihat
symbol huruf yang tertulis itu berwujud kode-kode lalu kita menafsirkan
kode-kode itu yang menghasilkan makna symbol tersebut.
b. Menulis
1. Pengertian
Seorang guru mengajarkan kemampuan
menulis, sesungguhya ia menolong si terdidik mengembangkan keterampilan
berbahasa secara aktif bukan saja menghasilkan pola-pola baahasa yang mereka
ketauhi , tetapi juga untuk menjembatani apa yang mereka rasakan, pikiran atau
yang mereka khendaki.
KESANTUNAN
SOSIOLINGUISTIK DALAM TEKS KEAGAMAAN
1. Pengertian
Kesantunan sosiolingustik
Dalam
islam santun adalah bagian dari akhlak. Akhlak adalah suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia yang dari keadaan itu
lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui pemikiran,
pertimbangan, atau penelitian.
2. Kesantunan
sosiolingustik dalam teks terjemahan al quraan
Berdasarkan
analisis yang dilakukan peneliti , dalam teks keagamaan, khususnya terjemahan quran
yang mengandung etika berbahasa terdapat bermacam-macam kesantuanan
sosiolingustik
BAB
VII
KESANTUNAN
LINGUISTIK DALAM TERJEMAHAN AL QUR’AN
A.
PENGERTIAN
KESANTUNAN LINGUSTIK
Kesantunan berbahasa sebenarnya
merupakan cara yang di tempuh oleh penutur di dalam berkomunikasi agar penutur
tidak merasakan tertekan, tersudut, atau tersinggung. Menurut Brown dan
Levinson (1987), kesantuanan berbahasa ini di maknai sebagai usaha penutur
untuk menjaga harga diri, atau wajah, berbicara maupun pendengar.
B. KESANTUNAN
LINGUSTIK DALAM TERJEMAHAN AL QURAAN
Dari analisis kesantuanan lingustik yang
dilakukan terhadap teks terjemahan al quraan ditemukan aspek-aspek yang
menunjukan kesantuanan berbahasa. Kesantunan linguistik yang terdapat pada teks
terjemahan alquran berupa ; konstruksi deklaratif, konstruksi imperative, dan
konstruksi interogatif, konstruksi pengandaian, dan konstruksi langsung.
PENERAPAN
ANALISIS KESALAHAN
A. Teknik
Analisis
Norrish
( 1983: 80-81) mengemukakan dua mekansime menganalisis kesalahan. Mekansime
yang diusulkan yakni membuat kategori kesalahan dan mengelompokan jenis
kesalahan itu berdasarkan daerahnya.
B. Implikasi
pedagogis analisis kesalahan
Brown
( 1980: 184) mengemukakan ada tiga cara memperbaiki kesalahan si terdidik.
1. Mengoreksi
kesalahan dikelas
2. Menjelaskan
bentuk gramtikal yang benar
3. Memolakan
bahan yang di kaitkan dengan kurikulum
KESALAHAN BERBAHASA TATARAN WACANA
Bahasa memliputi
tataran fonologi, morfologi, sintaksis,, dan semantik. Masing-masing memiliki
satuan-satuan lingisutik. Urutan hieraki satuan-satuan lingustik secara
teoretis yang normal adalah fonem. Morfem, kata, frasa kalusa, kalimat, dan
wacana.
Sebagai satuan bahasa
yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran,
atau ide yang utuh, yang dapat ddipahami oleh pembaca ( dalam wacana tulis) pendengar ( dalam wacana lisan), tanpa
keraguan apapun.
BAB VIII
KESALAHAN
BERBAHASA DALAM PENERAPAN KAIDAH EJAAN
BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
1. Ejaan
Selama
ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengeja
suatu kata. Contoh kata eja di eja dengan e-j-a menjadi eja. Pengertian ejaan
seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang disebut ejaan pada dasarnya
lebih luas dari itu.
Berikut
Ini berturut-turut akan penulis
kemukakan kesalahan dalam penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang di
sempurnakan ( EYD) diantaranya.
a. Kesalahan
penulisan huruf besar atau huruf kapital
b. Kesalahan
penulisan huruf miring
c. Kesalahan
penulisan kata
d. Kesalahan
memenggal kata
e. Kesalahan
penulisan lambang bilangan
f. Kesalahan
penulisan unsur serapan
g. Kesalahan
penulisan tanda baca
Referensi:
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.Surakarta: Yuma Pressindo.
Tarigan, Henry Guntur &
Tarigan, Djago. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Pateda,
Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Markhamah. 2009. Analisis
Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta: Muhammadiyah University
Press.