Selasa, 20 Oktober 2015

Laporan bab empat



RAGAM PEMBAHASAN BAB EMPAT DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856 (VII D)

Pada bab empat buku Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila membahas tentang kalimat bervariasi. Pada pembahasan ini yang dimaksud kalimat variasi adalah berbeda bentuk atau bentuk yang lain, Soedjito (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2009: 67)  membedakan variasi berdasarkan urutan dan jenis kalimat. Yang dimaksud variasi urutan adalah urutan unsur-unsur fungsi yang berbeda. Berbeda urutan yang dimaksud adalah urutan biasa dan urutan inversi. Adapun variasi berdasarkan jenis kalimat dibedakan menjadi dua. Pertama, variasi antara aktif dan pasif yang disebut variasi aktif-pasif. Kedua, variasi antara kalimat berita dengan kalimat peritah dan dengan kalimat tanya. Variasi kedua ini disebut variasi berita-perintah-tanya.
Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, seperti :
1.      Keterangan kalimat yang leaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya.
2.      Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan.
3.      Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan.
4.      Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat divariasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya).
5.      Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya.
6.      Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya.

Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba aktif. Verba aktif adalah verba yang berimbuhan meN- yang bisa diikuti oleh objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti predikat verba aktif transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikat diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secra morfologis ditandai dengan menggunkan afiks di-, ter-, atau pelaku orang I/II+ pokok kata kerja. 
Berdasarkan intonasinya kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya. Secara umum dikatakan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan, kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah adalah kalimat yang isinya memerintah orang lain untuk melakukan suatu tindakan. Veriasi berikutnya berkenaan dengan penjang-pendeknya kalimat. Paragraph yang baik sebaiknya tidak seluruhnya kalimat panjang. Tetapi, sebaliknya paragraph itu juga tidak terdiri atas kalimat-kalimat yang pendek semua.
Apabila pada bab sebelumnya buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik membahas tentang kesalahan berbahasa tataran fonologi, pada bab empat ini membahas kesalahan berbahasa tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disesbabkan oleh berbagai hal, diantaranya : (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
Pada bab empat buku Analisis Kesalahan karya Mansoer Pateda memaparkan tentang sumber dan penyebab kesalahan. Pendapat popular menyebutkan kesalahan bersumber pada ketidakhati-hatian si  terdidik dan yang lain karena pengetahuan terhadap bahasa yang dipelajari dan interferensi. Bahasa ibu menjadi salah satu sumber dan sekaligus penyebab kesalahan karena penggunaan Bahasa ibu mempengaruhi proses belajar bahasa kedua. Kebiasaan yang bertalian dengan pengaruh bahasa ibu dan lingkungan merupakan kesalahan yang sulit dihilangkan. Interlingual menjadi salah satu sumber dan penyebab kesalahan, untuk menerangkan gejala interlingual kita dapat mengidentifikasi melalui ujaran si terdidik atau pembicara dalam bahasa pertama, selanjutnya interlingual yang diujarkan si terdidik, dan bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari oleh si terdidik. Interferensi adalah tuturan seseorang yang menyimpang dari norma-norma L1 sebagai akibat dari perkenalannya dengan L2 atau sebaliknya, yaitu menyimpang dari L2 sebagai akibat dari kuatnya daya tarik pola=pola yang terdapat pada L1 akibatnya mengganggu komunikasi.    

Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan membahas antarbahasa atau interlanguage. Istilah “antarbahasa” bersinonim dengan “dialek idiosinkratik” dan “sistem aproksimatif”, tetapi “antarbahasa” lebih mapandan lebih luas terpakai karena istilah itu lebih netral, mencakup status yang tidak menentukan dari sistem sang pembelajar (antara bahasa aslinya dan bahasa sasaran), menggambarkan “kecepatan yang tidak normal” yang dapat bertindak sebagai sasaran pengubah bahasa pembelajar, secara eksplisit mengakui dan menghargai hakikat performansi pembelajar yang sistematis. Istilah “antarbahasa” mengacu kepada seperangkat sistem yang saling berpautan yang memberi ciri kepada “pemerolehan”, sistem yang dapat diawasi/dapat diobservasi pada perkembangan, kombinasi bahasa ibu/bahasa sasaran tertentu. Proses “antarbahasa” mencakup transfer bahasa, transfer latihan, siasat pembeljaran B2, siasat komunikasi B2, overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran.
Telaah Antarbahasa bertujuan untuk memberi informasi perilaku pembelajaran bagi perencana strategi pedagogik, bertindak sebagai prasyarat bagi validasi tuntutan keras dan tuntutan lemah pendekatan kontrastif, mempelajari hubungan antara pembelajaran masa kini, dulu, dan nanti, memberi sumbangan bagi teori linguistik umum.

Analisis Kesalahan Berbahasa



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA (BAB I)




LULI INDRIYANI

NIM                : 2222120940

KELAS          : 7B

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu memerlukan adanya interaksi. Interaksi bisa dibangun lewat jalur komunikasi baik berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan dan alat yang digunakannya yaitu bahasa. Bahasa mempunyai keberagaman yang ditimbulkan dari keberagaman bahasa serta mempunyai kedudukannya sendiri-sendiri, contohnya bahasa Indonesia. Menurut Nanik Setyawati (2010: 1) bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yakni sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara, yang berfungi sebagai identitas nasional, lambang kebanggaan nasioanal serta alat perhubungan dan alat pemersatu budaya. Beberapa ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam ragam resmi dan ragam tidak resmi yang mempunyai ciri masing-masing.
Ciri pemakaian ragam resmi yakni 1). Unsure gramnatikal secara eksplisit dan konsisten, 2) afiks secara lengkap, 3) pronominal resmi, 4) kata-kata baku, 5) menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sedangkan, ragam bahasa tidak resmi memiliki sifat seperti; 1) Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan konjungsi dan 2) Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari.
Sifat bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa ilmu menurut Nanik Setyawati (2010 : 5) dapat dibedakan atas;
1.      Ragam bahasa ilmu bukan dialek
2.      Ragam bahasa ilmu merupakan ragam resmi
3.      Ragam bahasa ilmu digunakan para cendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu

Menurut Harding & Riley dalam Tarigan & Tarigan, 1995 dinyatakan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan, yang artinya ialah sebagian besar manusia didunia mempunyai kemampuan dua bahasa atau menggunakan dua bahasa yang berkembang sebagai alat komunikasi mereka dengan mengikuti situasi dan kondisi yang itu artinya ialah dwibahasawan sebagai agen pengontak dua bahasa yang kemungkinan menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya kekacauan pemakaian bahasa atau yang lebih dikenal dengan istilah interfensi yang akan menjadi faktor penyebab kesalahan berbahasa.

Kedwibahasaan diklasifikasikan berdasarkan istilah-istilah tertentu. Seperti kedwibahasaan terpadu dan koordinatif. Kedwibahasaan terpadu adalah seseorang yang dapat memadukan kedua sistem bahasa yang dikuasainya dengan menggunakan sistem B2 di saat dia menggunakan B1, sebaliknya kdwibahasaan koordinatif adalah seseorang yang tidak dapat memadukan kedua sistem yang dikuasainya (Loveday, 1986 dalam Tarigan & Tarigan 1995: 10). Kontak bahasa yang terjadi pada diri dwibahasawan menimbulkan saling- pengaruh antara B1 dan B2, yang terjadi pada setiap unsur bahasa seperti, fonologi, morfologi, dan sintaksis. Saling pengaruh tersebut akan menjadi semakin intensif apabila jumlah dwibahasawan yang menggunakan kedua bahasa tersebut semakin besar.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa sebagai alat komunikasinya. Meskipun, didalam penggunaan bahasa banyak terjadinya kesalahan-kesalahan hingga kekacauan bahasa.

Daftar Pustaka
Markhamah. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Tarigan & Tarigan, Djago. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pressindo
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.

Senin, 19 Oktober 2015

Laporan Bab tiga



PEMBAHASAN BAB TIGA DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856 (VII D)

Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila pada bab tiga buku ini memaparkan kepaduan dan ketepatan makna. Kepaduan kalimat adalah kesatuan antar unsur kalimat yang satu dengan unsur kalimat yang lain. Unsur-unsur di sini yang dimaksud adalah subjek dengan predikat, dengan objek atau pelengkap, dan dengan unsur keterangan. Ada beberap ketentuan yang perlu diperhatikan supaya pemakai bahasa dapat menyusun kalimat yang padu. Pertama, tidak meletakan keterangan yang berupa klausa diantara S (subjek) dan P (predikat).  Kedua, tidak boleh meletakan keterangan aspek di depan S. Ketiga, tidak menempatkan keterangan aspek di anatara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri. Keempat, tidak menyisispkan kata depan di antara P dan O (objek).
Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat maknanya. Ketetapan makna, di samping ditentukan oleh ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang akan memantapkan makna, bisa juga ditentukan oleh ketiadaan yang mubazir (kalimat hemat). Kalimat yang maknanya mantap sama dengan kalimat yang tidak goyah maknanya. Kalimat yang mantap maknanya merupakan kalimat yang maknanya tidak mendua. Kalimat hemat merupakan kalimat yang tidak menggunakan kata-kata yang mubazir atau kalimat yang tidak mengandung unsur-unsur yang tidak diperlukan seperti hindari penggunaan kata depan yang tidak perlu, hindari penggunaan kata-kat jamak apabila sudah ada reduplikasi atau ada kata yang bermakna jamak, hindari penyebutan unsur-unsur klausa yang sama dalam satu kalimat, hindari penggunaan hipernim untuk kata-kata hiponim, hindari penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.    
 Bab tiga pada buku Analisis Kesalahan karya Mansoer Pateda menjabarkan daerah dan sifat kesalahan yang terdiri dari daerah kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kesalahan memfosil. Kesalahan fonologi berhubungan degan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Kesalahan pada bidang morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata. Kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan dengan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat, diksi yang tidak dapat yang membentuk kalimat, kontaminasi kalimat, koherensi, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat, dan logika kalimat. Daerah kesalahan semantik berhubungan dengan pemahaman makna kata dan ketepatan pemakaian kata itu dalam bertutur. Kesalahan memfosil dapat ditemui dalam setiap bahasa. Fosilisasi adalah bentuk-bentuk linguistik yang salah, tetapi karena bentuk-bentuk itu selalu digunakan, kesalahan seperti itu dianggap biasa.     
Buku ketiga yang saya baca berjudul Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan pada bab tiga buku ini membahas Teori Analisis Kesalahan dengan memaparkan pengertian dan batasan analisis kesalahan, tujuan dan metodologi analisis kesalahan, resurgensi minat terhadap Anakes, reorioentasi Anakes, sumber, sebab, signifikasi Anakes, dialek idiosinkratik dan Anakes, pendekatan nonkontrastif terhadap Anakes, gerakan dan kelemahan Anakes. Pada buku Tarigan memiliki ciri khas pada setiap bab terdapat rangkuman dan daftar bacaan yang tidak ditemukan pada buku lainnya. Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Tujuan Anakes adalah mencari umpan baik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa, yang pada gilirannya dapat mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dibuat oleh para siswa. Adapun metodologi analisis kesalahan adalah sebagai beikut :
1.      mengumpulkan data;
2.      mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan;
3.      memperingkat kesalahan;
4.      menjelaskan kesalahan;
5.      memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan;
6.      mengoreksi kesalahan.    
Ada beberapa keunggulan dari Anakes yaitu dapat menjelaskan kesalahan siswa, mengangkat martabat linguistic terapan, mengangkat status kesalahan (yang selama ini tidak disenangi) menjadi objek penelitian khusus. Namun, selain ada keunggulan Anakes juga memiliki kelemahan seperti adanya kekacauan antara aspek proses dan aspek produk Anakes (antara pemerin kesalahan dengan penjelasan kesalahan), kurangnya atau tiadanya ketepatan dan kekhususan dalam definisi kategori-kategori kesalahan, penyederhanaan kategorisasi penyebab kesalahan para siswa.
Pada buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati membahas kesalahan berbahasa tataran fonologi. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Kesalahan pelafalan meliputi perubahan morfem, penghilangan fonem, dan penambahan fonem.

Laporan Bab dua



PEMBAHASAN BAB DUA DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856

Bab dua dari Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila berjudul kalimat efektif . Dalam bab ini membahas ciri gramatikal kalimat efektif, ciri diksi kalimat efektif, penalaran, dan keserasian. Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakai bahasa dalam kaitan dengan ketatabahasaan, ciri ini bisa dilihat dari bidang morfologi (ciri morfologi) dan bidang sintaksis (bidang sintaksis). Ciri gramatikal morfologis adalah ciri-ciri yang sesuai dengan kaidah morfologis, misalnya ciri-ciri yang berkaitan dengan penggunaan bentuk kata. Sedangkan ciri gramatikal sintaksis adalah ciri gramatikal yang berkenaan dengan kaidah sintaksis. Kaidah sintaksis bertalian dengan struktur kata dala kalimat, tanda baca, dan ejaan.  
Ciri diksi adalah ciri kalimat efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata. Kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat merupakan kata-kata yang tepat bentuknya, seksama (sesuai), dan lazim. Ketepatan bentuk berhubungan dengan kebakuan penulisan dan kebakuan pemakaian. Kesesuaian berhubungan dengan logika dan letaknya dalam struktur kalimat, adapun kelaziman berhubungan dengan kebiasaan pemakain kata dalam bahasa Indonesia.  
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi penlaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara nalar dapat diterima; kalimat yang diterima oleh akal sehat. Kalimat seperti ini adalah kalimat yang dapt dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dan tidak menimbulkan salah pengertian. Kalimat ini juga tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Kalimat ini disebut juga kalimat yang logis. Kalimat yang efektif juga harus memenuhi keserasian. Serasi artinya selaras, sesuai, atau cocok. Keserasian disini adalah keselarasan atau kesesuain situasi dengan ragam bahasa yang digunakan. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan pemilihan ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan bahasa semacam ini perlu mempertimbangkan topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau penggunaan bahasanya lisan), atau orang yag membaca (jika pemakaian bahasa tulis), dan tempat pemakaian bahasa. Bahasa itu juga harus logis dan sesuai dengan tatanilai yang berlaku pada masyarakat pemakaian bahasa yang bersangkutan (Sugono dalam Markhamah, 2008:39).
Bab dua dalam buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati membahas tentang analisis kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Ada tiga kemungkinan seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa pertama akibat terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, kedua kekurangpahaman pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, ketiga pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sempel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengidentifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan itu (Tarigan Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih dalam Nanik, 2010:18). Analisis kesalahan berbahasa dapat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka pikiran guru, perancang kursus bahasa, penulis buku pelajaran, atau pun pemerhati bahasa untuk mengatasi keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa.
Klasifikasi kesalahan berbahasa Indonesia menurut Tarigan :
  1. berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat siklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa dibidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana;   
  2. berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
  3. berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan secara tertulis;
  4. berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interfensi;
  5. kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.  
Kaitan mata kuliah Analisis kesalahan berbahasa dengan mata kuliah lain diantaranya dengan linguistik, kesalahan berbahasa selalu dapat dipulangkan pada bidang linguistik seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Kesalahan berbahasa dikaitkan dengan teori belajar bahasa, maka kesalahan berbahasa berkaitan dengan psikologi belajar. Hal ini berarti bahwa mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa berkaian dengan mata kuliah Psikolinguistik, Sosiolinguistik, dan Teori Belajar Bahasa.  Mengaitkan kesalahan berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menagaitkan kesalahan berbahasa degan pengajaran bahasa, misalnya dalam pengajaran B1.
Analisis kesalahan terhadap belajar bahasa mempunyai dampak positif. Bahasa sebagai perangkat kebiasaan dimiliki setiap orang sebagai media komunikasi. Ada kecenderungan setiap pemakai bahasa lebih serig mengikuti jalan pikirannya tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Sebaliknya, pemakai bahasa yang selalu mempertimbangkan kaidah-kaidah tata bahasa berupaya menghasilkan konsep sesuai dengan struktur bahasa yang dia pelajari.
  Analisis Kesalahan karya Mansoer Pateda terdiri dari tujuh bab, bab dua buku ini menjabarkan tentang Jenis Kesalahan. Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semua dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Pada bab ini dipaparkan tentang kesalahan acuan, register, sosial, tekstual, penerimaan, pengungkapan, perorangan, kelompok, menganalogi, transfer, kesalahan guru, lokal, dan kesalahan global. Kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Untuk menghindari agar kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita samapaikan harus jelas dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Kesalahan register berkaitan dengan variasi bahasa yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Kesalahan sosial adalah kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan status sosial orang yang diajak berbicara. Kesalahan tekstual mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan oleh tafsir yang keliru terhadap kalimat wacana yang kita dengar atau yang kita baca. Kesalahan penerimaan biasanya berhubungan dengan keterampilan menyimak atau membaca. Kesalahan pengungkapan berkaitan dengan pembicara. Pembicara ataupenulis salah mengungkapkan atau menyampaikan apa yang dipikirkannya, yang dirasakannya atau yang diinginkannya. Kesalahan perorangan merupakan kesalahan yang dilakuak oleh individu. Kesalahan kelompok merupakan kesalahan yang dilakukan oleh beberapa orang yang berbahasa yang sama serta mempunyai latar belakang yang sama. Kesalahan menganalogi adalah sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasai suatu bentuk bahasa yang dipelajari lalu menerapkan dalam konteks, padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan. Kesalahan transfer terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan pada bahasa pertama diterapkan pda bahasa yang dipelajari. Kesalahan guru sebenarnya berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Kesalahan lokaladalah keslaahan yang tidak menghambat komunikasi yang pesannya diungkap dalam sebuah kalimat. Kesalaha global adalah kesalahan karena efek makna seluruh kalimat (Norrish dalam Mansoer Pateda, 1989:48) kesalahan jenis ini menyebabkan pendengar atau pembaca mengerti suatu pesan menganggap bahwa suatu kalimat dapat dimengerti.
Analisis kontrastif merupakan judul bab dua pada buku pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Analisis kontrastif adalah kegiatan membandingkan struktur B1 dan struktur B2 untuk mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan kedua bahasa itu. Analisis kontranstif memiliki dua hipotesis. Hipotesis pertam disebut “hipotesis bentuk kuat” dan hipotesis kedua disebut “hipotesis bentuk lemah”. Hipotesis bentuk kuat menyatakan bahwa kesalahan dalam B2 dapat diperkirakan dari hasil identifikasi perbedaan B1 dan B2 yang dipelajari oleh siswa. Hipotesis bentuk lemah menyatakan bahwa Anakon hanyalah bersifat diagnositik belaka, karena itu Anakon dan Anakes harus saling melengkapi.
Tiga sumber dipakai sebagai rasional hipotesis Anakon, yaitu :
  1. pengalaman para guru bahasa kedua di lapangan;
  2. kajian kontak bahsa dalam dituasi kedwibahasaan; dan
  3. teori belajar, terutama yang berkaitan denga transfer.     
Ketiga sumber ini pada akhirnya mengacu pada kesalahan berbahasa kedua.
Hasil pengajaran B2 atau pengajaran bahasa asing belum memuaskan. Anakon muncul sebagai suatu suara untuk menanggulangi permasalahan yang ada dalam pengajaran B2. Perlu diingat bahwa kemunculan Anakon dalam situasi tradisional, yakni pada saat bahasa inggris dianggap B1 dan bahasa-bahasa Eropa lainnya sebagai B2.
Tuntutan pedagogis Anakon tidak lain berupa jawaban terhadap tantangan bagaimana cara mengajarkna B2 yang paling efesien dan efektif . Anakon itu mencakup dua hal, pertama teori linguistic yang digunakan sebagai sarana pemerbanding sruktur dua bahasa. Kedua, psikologi yang berkaitan dengan transfer, penyusunan bahan, cara penyajian dan penataan kelas.