Senin, 19 Oktober 2015

Laporan Bab tiga



PEMBAHASAN BAB TIGA DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856 (VII D)

Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila pada bab tiga buku ini memaparkan kepaduan dan ketepatan makna. Kepaduan kalimat adalah kesatuan antar unsur kalimat yang satu dengan unsur kalimat yang lain. Unsur-unsur di sini yang dimaksud adalah subjek dengan predikat, dengan objek atau pelengkap, dan dengan unsur keterangan. Ada beberap ketentuan yang perlu diperhatikan supaya pemakai bahasa dapat menyusun kalimat yang padu. Pertama, tidak meletakan keterangan yang berupa klausa diantara S (subjek) dan P (predikat).  Kedua, tidak boleh meletakan keterangan aspek di depan S. Ketiga, tidak menempatkan keterangan aspek di anatara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri. Keempat, tidak menyisispkan kata depan di antara P dan O (objek).
Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat maknanya. Ketetapan makna, di samping ditentukan oleh ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang akan memantapkan makna, bisa juga ditentukan oleh ketiadaan yang mubazir (kalimat hemat). Kalimat yang maknanya mantap sama dengan kalimat yang tidak goyah maknanya. Kalimat yang mantap maknanya merupakan kalimat yang maknanya tidak mendua. Kalimat hemat merupakan kalimat yang tidak menggunakan kata-kata yang mubazir atau kalimat yang tidak mengandung unsur-unsur yang tidak diperlukan seperti hindari penggunaan kata depan yang tidak perlu, hindari penggunaan kata-kat jamak apabila sudah ada reduplikasi atau ada kata yang bermakna jamak, hindari penyebutan unsur-unsur klausa yang sama dalam satu kalimat, hindari penggunaan hipernim untuk kata-kata hiponim, hindari penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.    
 Bab tiga pada buku Analisis Kesalahan karya Mansoer Pateda menjabarkan daerah dan sifat kesalahan yang terdiri dari daerah kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kesalahan memfosil. Kesalahan fonologi berhubungan degan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Kesalahan pada bidang morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata. Kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan dengan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat, diksi yang tidak dapat yang membentuk kalimat, kontaminasi kalimat, koherensi, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat, dan logika kalimat. Daerah kesalahan semantik berhubungan dengan pemahaman makna kata dan ketepatan pemakaian kata itu dalam bertutur. Kesalahan memfosil dapat ditemui dalam setiap bahasa. Fosilisasi adalah bentuk-bentuk linguistik yang salah, tetapi karena bentuk-bentuk itu selalu digunakan, kesalahan seperti itu dianggap biasa.     
Buku ketiga yang saya baca berjudul Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan pada bab tiga buku ini membahas Teori Analisis Kesalahan dengan memaparkan pengertian dan batasan analisis kesalahan, tujuan dan metodologi analisis kesalahan, resurgensi minat terhadap Anakes, reorioentasi Anakes, sumber, sebab, signifikasi Anakes, dialek idiosinkratik dan Anakes, pendekatan nonkontrastif terhadap Anakes, gerakan dan kelemahan Anakes. Pada buku Tarigan memiliki ciri khas pada setiap bab terdapat rangkuman dan daftar bacaan yang tidak ditemukan pada buku lainnya. Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Tujuan Anakes adalah mencari umpan baik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa, yang pada gilirannya dapat mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dibuat oleh para siswa. Adapun metodologi analisis kesalahan adalah sebagai beikut :
1.      mengumpulkan data;
2.      mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan;
3.      memperingkat kesalahan;
4.      menjelaskan kesalahan;
5.      memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan;
6.      mengoreksi kesalahan.    
Ada beberapa keunggulan dari Anakes yaitu dapat menjelaskan kesalahan siswa, mengangkat martabat linguistic terapan, mengangkat status kesalahan (yang selama ini tidak disenangi) menjadi objek penelitian khusus. Namun, selain ada keunggulan Anakes juga memiliki kelemahan seperti adanya kekacauan antara aspek proses dan aspek produk Anakes (antara pemerin kesalahan dengan penjelasan kesalahan), kurangnya atau tiadanya ketepatan dan kekhususan dalam definisi kategori-kategori kesalahan, penyederhanaan kategorisasi penyebab kesalahan para siswa.
Pada buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati membahas kesalahan berbahasa tataran fonologi. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Kesalahan pelafalan meliputi perubahan morfem, penghilangan fonem, dan penambahan fonem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar