Minggu, 27 Desember 2015

Analisis Kesalahan nenden febriani dan Tia oktafiani

Nama : Nenden Febriani
Nim : 2222120612
Kelas : 7B

Analisis Kesalahan Berbahasa
Dari semua bab tersebut dapat di simpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya , manusia perlu berinteraski dengan sesama manusia dalam berinteraksi  dibutuhkan norma-norma dan etika agar berhubungan harmonis, tidak terganggu, dan tidak ada masalah. Ada dua sisi yang perlu mendapatkan perhatian ketika berkomunikasi terkait dengan bahasanya terdapat kaidah kebahasaan yang perlu ditaati, termasuk didalam kaidah kebahasaan ini adalah kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Dan didalam buku( pateda) dapat disimpulkan juga bahwa kesalahan berbahasa dapat dicontohkan dalam penerapan teori linguistik, dan ketika guru dapat mengajarkan bahasa yang baik dan benar dan ketika seseorang guru bahasa melaksanakan kegiatan proses-mengajar dikelas pasti ia melaksanakan berbagai kegiatan antara lain mengoreksii pekerjaan si terdidik dalam kaitan ini diperlukan suatu keterampilan yakni keterampilan menganalisis kesalahan bahasa terdidik. Akan tetapi kesalahan berbahasa bukan hanya dari kalangan murid, akan tetapi dari kalangan guru juga bisa, kesalahan berbahasa disini adalah dwibahasa, dwi bahasa terbagi menjadi dua pertama bahasa ibu dan kedua berbahasa daerah, pada umumnyaa dwibahasa bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa kedua bagi mereka untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh guru ketika mengajarkan bahasa yang bukan bahasa ibu si terdidik di populerkan pendekatan analisis kontransif.
Didalam analsisis kesalahan berbahasa juga terdapat ragam bahasa yakni (1) bahasa nasional, (2) bahasa Negara, dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut : (a) lambing kebanggaan nasional, (b) lambing identitas nasional, (c) lambing alat permesatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa (d) alat berhubungan antar budaya dan daerah.
Dwi bahasa ini berarti sebagian besar manusia dibumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi, biasanya alat komunikasi ada dua bahasa kedua yaitu bahasa daerah, sebagian orang yang menggunaakn dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak dua bahasa.
Dan dalam analisis kesalahan berbahasa terdapat kalimat efektif, kalimat efektif itu harus mempelajari atau memperhatikan apakah kalimat yang diucapkannya. Artinya penutur harus mengucapkan dan tidak menimbulkan salah tafsir. Didalam bukunya markhamah merupakan analsisis kesantunan daan analsisis kesalahan berbahasa ini menjelaskan kalimat efektif kalimat efektif terdiri dari (1) pemakaian kata tutur (2) pemakaian kata-kata bersinonim, pemakaian kata-kata yang bernilai rasa (3) pemakaian kata-kata atau istilah asing, (4) pemakaian kata-kata konkret (5) pemakaian kata umum dan kata khusus ( 6) pemakaian kata ideomatik. (7) pemakaian kata-kata yang lugas.
Dalam kesalahan berbahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya bernuansa dengan kesalahan yaitu penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Penyebab pangkal kesalahan berbahasa, ada pada orang yang menggunakan bahasa yang besangkutan bukan pada bahasa yang digunakan.
Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuannya dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Disadari pula bahwa pada mulanya analisis kesalahan hanya digunakan untuk bahasa inggris sebagai bahasa kedua yang diajari itu.
Dan kesalahan berbahasa Indonesia terbagi mebjenjadi 3 tataran (a) perubahan fonem (b) penghilangan fonem, (c) penambahan fonem  Bahasa merupakan objek linguistik tetapi kita mengetauhi lingusitik terbagi menjadi atas beberapa tataran-tatarannya yaitu morfologi, sintaksis, dan semantic.
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa banyak sekali perbedaanya, jadi inti dari buku tersebut yang membedakan hanya bagian per bab nya saja . sama-sama mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi. Yang dipergunakan sehari-hari


BAB V
KESALAHAN STRUKTUR
Sebagai bahasa pergaulan, bahasa Indonesia tidak mengalami permasalahan yang berarti. Namun, sebagai bahasa baku dan bahasa ilmu pengetauhan  masih banyak kekurangan. Misalnya penulis ( ilmuwan) tanpa di sadari telah menyusun kalimat yang panjang, tetapi unsur fungsinya tidak lengkap. Ketidaklengkapan itu diantaranya tidak ada subjek atau predikat.  Kalimat yang demikian berarti bukan merupakan kalimat yang benar dan sekaligus bukan merupakan kalimat yang baik. Kalimat-kalimat ini seperti itu merupakan kalimat yang salah. Sugono, (1999: 177-178) menyataakan bahwa beberapa penyebab kesalahan itu.
A.    Kesalahan struktur karena kerancuan aktif-pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya verba berimbuhan meN- dengan segala kombinasinya dan subjek di awali kata depan. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya verba berimbuhan di- atau ter-atau verba pasif pelaku orang I dan II + Pokok kata kerja. Penutur/penulis sering tidak menyadari bahwa kalimat yang di ucapkannya/ ditulisnya merupakan kalimat yang rancu. Yang di maksud kalimat rancu adalah kalimat yang sebagian unsurnya milik kalimat aktif, sementara unsur lainya milik kalimat pasif. Kalimat seperti ini menimbulkan ketaksaan/ kemenundan makna.
B.     Kesalahan struktur karena subjek dan keterangan
Penulis atau penutur sering tidak memperhatikan apakah kalimat yang dihasilkannya sesuai dengan syarat kalimat yang lengkap atau tidak, apakah kalimat yang di susunnya mudah dipahami atau tidak. Kadang-kadang penulis juga kurang memperhatikan apakah unsur bercampur dengan unsur lainya.
Sering terjadi sseorang pemakai bahasa tidak menyadari bahwa dirinya telah mencampurkan komponen lain ( misalnya keterangan ) pada subjek. Misalnya orang yang memulai mengucapkan kalimat dengan keterangan yang panjang.
C.     Kesalahan  Stuktur Karena Pengantar Kalimat.
Kalimat- kalimat itu menggunakan pengantar kalimat menurut (26), berdasarkan (27), sebagaimana (28) dan (29). Kalimat-kalimat itu di perbaiki dengan menghilangkan kata-kata ang merupakan pengantar kalimat.
(26a) petugas mitigasi bencana menyebutkan bahwa akan terjadi gempa bumi di beberapa daerah
(27a) pimpinan siding mengatakan bahwa rapat paripuna akan segera dilangsungkan
(28a) telah kami sampaikan pada rapat terdahulu bahwa penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan bulan juli.
D.    Kesalahan Struktur Karena Penghubung Terbagi Yang Kurang Tepat
Dalam kalimat sering ditemukan kalimat yang menggunakan pengubung yang berupa pasangan atau dua penghubung. Dua penghubung yang dimaksud, misalnya:
Meskipun…..tetapi…
Walaupun…,namun…
Biarpun…,akan tetapi
Betapapun…,tapi…( Sugono,2002)
E.     Kesalahan Strukutur Karena Tidak Ketidadaan Induk Kalimat
Kalimat yang efektif (baik dan benar) strukturnya harus tepat. Ketetapan struktur berhubungan dengan ketetapan letak unsur-unsur kalimat yang berupa S,P,O,( Pel), K dan kelengkapannya. Dalam pemakaian bahasa sering di temui kalimat-kalimat yang panjang, tetapi unsur-unsurnya tidak lengkap.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Kesalahan berbahasa adalah bagian konverensi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi orang dewasa.
Ada empat taksonomi kesalahan berbahasa yang penting kita ketauhi
a.       Taksonomi kategori lingustik
b.      Taksonomi siasat permukaan
c.       Taksonomi komparatif.
d.      Taksonomi efek komunikatif
KESALAHAN MENYIMAK DAN BERBICARA
A.     Menyimak
Yang perlu di bahas pada bagian ini ialah (i) peranan menyimak, (ii) pengertian, (iii) jenis menyimak, (iv) faktor yang mempengaruhi proses menyimak,(v) keberhasilan menyimak, dan (vi) kesalahan menyimak.
1.      Peranan menyimak
Setiap hari kita mendengar orang berbicara atau menggunakan bahasa lisan. Bahkan telah dikatakan diatas, pada awal kehidupan kita,  pertama-tama kita menghabiskan waktu untuk mendengarkan orang di sekeliling kita. Kita mendengar orang berbicara dalam bahasa ibu, kadang-kadang  pula kita mendengar orang berbicara dalam bahasa ibu, kadang-kadang pula kita mendengar orang berbicara dalam bahasa kedua, atau dalam bahasa asing.

2.      Pengertian
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses
a.       Mengidentifikasi bunyi bahasa
b.      Menghubung-hubungkan keterangan
c.       Membuat dan menyusun penafsiran
d.      Memanfaatkan hasil penafsiran
e.       Menyimpan hasil penafsiran

3.      Jenis Menyimak.
Chenfeld (1979:92) menyebutkan jenis menyimak sebagai berikut
a)      Menyimak pasif
b)      Menyimak sebenta-bentar
c)      Menyimak tanpa reaksi
d)     Menyimak terbatas
e)      Menyimak hati-hati
f)       Menyimak kritis
g)      Menyimak perseptif
h)      Menyimak kreatif

4.      Hal yang Mengganggu proses Menyimak
Agar proses menyimak berhasil baik, perlu diperhatikan faktor-faktor yang turut mempengaruhi porses menyimak. Faktor atau hal-hal itu ialah:
1.      Kejelasaan pesan yang berasal dari pembicara
2.      Bahasa yang digunakan
3.      Alat dengar penyimak
4.      Suasana kejiwaan pembicara dan penyimak
5.      Gangguan dari luar, misalnya kebisingan dan keributan.

B.     Berbicara

1.      Peranan berbicara
Betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi kehidupan manusia, tak perlu di rentangpanjangkan lagi. Itu sebabnya Billow ( 1961: 18) menyatakan “ bahasa yang terutama adalah berbicara”. Dapat di bayangkan apa yang akan terjadi seandainya manusia tidak dapat berbicara.
2.      Aktivitas berbicara
Kalau kita mendengarkan orang berbicara, kita beroleh kenyataan.
a.       Kita mendengar bunyi-bunyi bahasa yang dilafalkan
b.      Bunyi-bunyi yang dilafalkan itu berturut-turut.
c.       Bunyi bahasa yang kita dengar berwujud kata atau kalimat
d.      Bunyi-bunyi itu dilafalkan kelompok demi kelompok
e.       Kata atau kalimat yang dilafalkan mengandung pesan tertentu.

3.      Berlangsungnya Aktifitas Berbicara.
Aktivitas berbicara berlangsung jika dipenuhi hal-hal sebagai berikut.
a.       Pembicara terdorong untuk berbicara
b.      Alat berbicara normal
c.       Antara pembicara dan pendengar harus saling mengerti.
d.      Situasi mempengaruhi pembicaraan
e.       Pembicara mengasai apa yang disampaikannya.
KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS
Sebuah kalimat hendaklah mendukung suatu gagasan atau ide. Susunan kalimat yang teratur menunjukan cara berpikir teratur. Agar gagasan atau ide mudah dipahami pembaca; fungsi sitnaksis yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan harus tampak jelas. Kelima fungsi sintaksis itu tidak selalu hadir secara bersama-sama dalam sebuah kalimat. Unsur-unsur sebuah kalimat harus ideksplisitkan dan dirakit secara logis atau masuk akal.
Sintaksis adalah cabang linguisitik tentang susunan kalimat dan bagian-bagian ya, ilmu tata kalimat ( tim penyusun kamus, 1996:946). Ramlan ( 1987:21) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, kalusa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem. Kesalahan dalam tataran sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata
BAB VI
KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SEMANTIK
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekananya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong kedalam kesalahan berbahasa ini.
KESALAHAN MEMBACA DAN MENULIS
a.       Membaca

1.      Pengertian
Secara umum orang mengatakan bahwa membaca adalah suatu interpretasi symbol-simbol tertulis ( Dechant dan Henry P.Smith, 1977:8) atau “ membaca adalah menangkap makna rangkaian huruf tertentu. Ini menunjukan bahwa membaca adalah pekerjaan mengidentifikasi symbol-simbol dan mengasosiasikannya dengan makna, atau dengan kata lain membaca adalah proses mengidentifikasi dan kompehernsi.
2.      Proses membaca
Membaca pada dasarnya mengomunikasikan formulasi proses yang ditentukan oleh system bahasa dan system lambang yang terdapat didalam suatu bahasa. Seperti telah dikatakan diatas membaca adaalah proses mengidentifikasi dan mengkompeherensi kalau kita membaca, kita melihat symbol huruf yang tertulis itu berwujud kode-kode lalu kita menafsirkan kode-kode itu yang menghasilkan makna symbol tersebut.
b.      Menulis

1.      Pengertian
Seorang guru mengajarkan kemampuan menulis, sesungguhya ia menolong si terdidik mengembangkan keterampilan berbahasa secara aktif bukan saja menghasilkan pola-pola baahasa yang mereka ketauhi , tetapi juga untuk menjembatani apa yang mereka rasakan, pikiran atau yang mereka khendaki.

KESANTUNAN SOSIOLINGUISTIK DALAM TEKS KEAGAMAAN
1.      Pengertian Kesantunan sosiolingustik
Dalam islam santun adalah bagian dari akhlak. Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari keadaan itu  lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.
2.      Kesantunan sosiolingustik dalam teks terjemahan al quraan
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti , dalam teks keagamaan, khususnya terjemahan quran yang mengandung etika berbahasa terdapat bermacam-macam kesantuanan sosiolingustik
BAB VII
KESANTUNAN LINGUISTIK DALAM TERJEMAHAN AL QUR’AN
A.    PENGERTIAN KESANTUNAN LINGUSTIK
Kesantunan berbahasa sebenarnya merupakan cara yang di tempuh oleh penutur di dalam berkomunikasi agar penutur tidak merasakan tertekan, tersudut, atau tersinggung. Menurut Brown dan Levinson (1987), kesantuanan berbahasa ini di maknai sebagai usaha penutur untuk menjaga harga diri, atau wajah, berbicara maupun pendengar.
B.     KESANTUNAN LINGUSTIK DALAM TERJEMAHAN AL QURAAN
Dari analisis kesantuanan lingustik yang dilakukan terhadap teks terjemahan al quraan ditemukan aspek-aspek yang menunjukan kesantuanan berbahasa. Kesantunan linguistik yang terdapat pada teks terjemahan alquran berupa ; konstruksi deklaratif, konstruksi imperative, dan konstruksi interogatif, konstruksi pengandaian, dan konstruksi langsung.
PENERAPAN ANALISIS KESALAHAN
A.    Teknik Analisis
Norrish ( 1983: 80-81) mengemukakan dua mekansime menganalisis kesalahan. Mekansime yang diusulkan yakni membuat kategori kesalahan dan mengelompokan jenis kesalahan itu berdasarkan daerahnya.
B.     Implikasi pedagogis analisis kesalahan
Brown ( 1980: 184) mengemukakan ada tiga cara memperbaiki kesalahan si terdidik.
1.      Mengoreksi kesalahan dikelas
2.      Menjelaskan bentuk gramtikal yang benar
3.      Memolakan bahan yang di kaitkan dengan kurikulum
                                 KESALAHAN BERBAHASA TATARAN WACANA        
Bahasa memliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis,, dan semantik. Masing-masing memiliki satuan-satuan lingisutik. Urutan hieraki satuan-satuan lingustik secara teoretis yang normal adalah fonem. Morfem, kata, frasa kalusa, kalimat, dan wacana.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang dapat ddipahami oleh pembaca ( dalam wacana  tulis) pendengar ( dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun.
BAB VIII
KESALAHAN BERBAHASA DALAM PENERAPAN KAIDAH EJAAN  BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
1.      Ejaan
Selama ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata. Contoh kata eja di eja dengan e-j-a menjadi eja. Pengertian ejaan seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang disebut ejaan pada dasarnya lebih luas dari itu.
Berikut Ini berturut-turut akan  penulis kemukakan kesalahan dalam penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang di sempurnakan ( EYD) diantaranya.
a.       Kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital
b.      Kesalahan penulisan huruf miring
c.       Kesalahan penulisan kata
d.      Kesalahan memenggal kata
e.       Kesalahan penulisan lambang bilangan
f.       Kesalahan penulisan unsur serapan
g.      Kesalahan penulisan tanda baca

Referensi:
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.Surakarta: Yuma Pressindo.
Tarigan, Henry Guntur & Tarigan, Djago. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.    

Markhamah. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Selasa, 20 Oktober 2015

Laporan bab empat



RAGAM PEMBAHASAN BAB EMPAT DARI BUKU ANALISIS KESALAHAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA, ANALISIS KESALAHAN, PENGAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA, SERTA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA : TEORI DAN PRAKTIK
Oleh Lela Fadilah
2222121856 (VII D)

Pada bab empat buku Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa karya Markhamah dan Atiqa Sabardila membahas tentang kalimat bervariasi. Pada pembahasan ini yang dimaksud kalimat variasi adalah berbeda bentuk atau bentuk yang lain, Soedjito (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2009: 67)  membedakan variasi berdasarkan urutan dan jenis kalimat. Yang dimaksud variasi urutan adalah urutan unsur-unsur fungsi yang berbeda. Berbeda urutan yang dimaksud adalah urutan biasa dan urutan inversi. Adapun variasi berdasarkan jenis kalimat dibedakan menjadi dua. Pertama, variasi antara aktif dan pasif yang disebut variasi aktif-pasif. Kedua, variasi antara kalimat berita dengan kalimat peritah dan dengan kalimat tanya. Variasi kedua ini disebut variasi berita-perintah-tanya.
Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, seperti :
1.      Keterangan kalimat yang leaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya.
2.      Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan.
3.      Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan.
4.      Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat divariasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya).
5.      Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya.
6.      Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya.

Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba aktif. Verba aktif adalah verba yang berimbuhan meN- yang bisa diikuti oleh objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti predikat verba aktif transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikat diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secra morfologis ditandai dengan menggunkan afiks di-, ter-, atau pelaku orang I/II+ pokok kata kerja. 
Berdasarkan intonasinya kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya. Secara umum dikatakan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan, kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah adalah kalimat yang isinya memerintah orang lain untuk melakukan suatu tindakan. Veriasi berikutnya berkenaan dengan penjang-pendeknya kalimat. Paragraph yang baik sebaiknya tidak seluruhnya kalimat panjang. Tetapi, sebaliknya paragraph itu juga tidak terdiri atas kalimat-kalimat yang pendek semua.
Apabila pada bab sebelumnya buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik membahas tentang kesalahan berbahasa tataran fonologi, pada bab empat ini membahas kesalahan berbahasa tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disesbabkan oleh berbagai hal, diantaranya : (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
Pada bab empat buku Analisis Kesalahan karya Mansoer Pateda memaparkan tentang sumber dan penyebab kesalahan. Pendapat popular menyebutkan kesalahan bersumber pada ketidakhati-hatian si  terdidik dan yang lain karena pengetahuan terhadap bahasa yang dipelajari dan interferensi. Bahasa ibu menjadi salah satu sumber dan sekaligus penyebab kesalahan karena penggunaan Bahasa ibu mempengaruhi proses belajar bahasa kedua. Kebiasaan yang bertalian dengan pengaruh bahasa ibu dan lingkungan merupakan kesalahan yang sulit dihilangkan. Interlingual menjadi salah satu sumber dan penyebab kesalahan, untuk menerangkan gejala interlingual kita dapat mengidentifikasi melalui ujaran si terdidik atau pembicara dalam bahasa pertama, selanjutnya interlingual yang diujarkan si terdidik, dan bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari oleh si terdidik. Interferensi adalah tuturan seseorang yang menyimpang dari norma-norma L1 sebagai akibat dari perkenalannya dengan L2 atau sebaliknya, yaitu menyimpang dari L2 sebagai akibat dari kuatnya daya tarik pola=pola yang terdapat pada L1 akibatnya mengganggu komunikasi.    

Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan membahas antarbahasa atau interlanguage. Istilah “antarbahasa” bersinonim dengan “dialek idiosinkratik” dan “sistem aproksimatif”, tetapi “antarbahasa” lebih mapandan lebih luas terpakai karena istilah itu lebih netral, mencakup status yang tidak menentukan dari sistem sang pembelajar (antara bahasa aslinya dan bahasa sasaran), menggambarkan “kecepatan yang tidak normal” yang dapat bertindak sebagai sasaran pengubah bahasa pembelajar, secara eksplisit mengakui dan menghargai hakikat performansi pembelajar yang sistematis. Istilah “antarbahasa” mengacu kepada seperangkat sistem yang saling berpautan yang memberi ciri kepada “pemerolehan”, sistem yang dapat diawasi/dapat diobservasi pada perkembangan, kombinasi bahasa ibu/bahasa sasaran tertentu. Proses “antarbahasa” mencakup transfer bahasa, transfer latihan, siasat pembeljaran B2, siasat komunikasi B2, overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran.
Telaah Antarbahasa bertujuan untuk memberi informasi perilaku pembelajaran bagi perencana strategi pedagogik, bertindak sebagai prasyarat bagi validasi tuntutan keras dan tuntutan lemah pendekatan kontrastif, mempelajari hubungan antara pembelajaran masa kini, dulu, dan nanti, memberi sumbangan bagi teori linguistik umum.